Konsep pemikiran pendidikan anak usia dini (PAUD) telah banyak dikaji oleh tokoh-tokoh barat. Ada John Locke dengan teorinya tabula rasa, dimana dikatakan bahwa pengalaman adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap manusia. Tokoh lain, seperti Maria Montessori menawarkan bagaimana konsep PAUD yang dapat diterapkan untuk anak
Sisi satu: Kurikulum Kejar Tayang, tapi ini merupakan kebiasaan bangsa kita (mohon maaf) yang selalu menutup lobang setelah terperosok, atau kerjakan dulu resiko belakangan. Aneh (biasa), di Kemenag, tapel 2014/2015 adalah tahun pertama melaksanakan K 13 sekaligus K 13 PAI, dasarnya SK Dirjend Pendis no 2676 th 2013 tgl. 1 Oktober 2013.
Adapun tiga pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak: 1.Teori Nativis. Teori ini menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara genetis telah di programkan. Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan
Subjek pada penelitian ini 2 ahli materi, 2 ahli media, 2 orang guru wali kelas VI untuk praktisi, 6 orang siswa kelas VI uji coba produk dan mengukur efektifitas media dilakukan uji coba terhadap
pengetahuan tentang bilangan, angka, penjumlahan dan pengurangan. Sedangkan Reid (2016:1) berpendapat bahwa kemampuan berhitung pada anak usia dini adalah anak belajar tentang membandingkan atau membedakan lambang bilangan, dapat memperkirakan dan anak dapat menghitung jumlah yang berbeda. Pada usia
Soemiarti patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan Snowman, yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Batasan yang dipergunakan oleh the National Association For The Eduction Of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya adalah : “Early childhood” anak masa awal
.
pendapat para ahli tentang paud